Kamis, 24 November 2011

BAB I 
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Senyawa organik adalah senyawa yang berbasis kimia karbon. Karbon adalah unsur kimia yang unik dalam keanekaragaman maupun strukturnya yang dapat dihasilkan dari koneksi tiga dimensi atom-atomnya. Proses fotosintesis merubah karbondioksida dan air menjadi oksigen dan senyawa yang dikenal sebagai karbohidrat. Baik selulosa, zat yang memberi kekakuan struktur pada tanaman, dan pati, hasil penyimpanan energi tanaman, adalah karbohidrat polimerik. Karbohidrat sederhana yang dihasilkan lewat fotosintesis membentuk bahan baku beraneka ragam senyawa organik yang ditemukan pada kingdom tanaman dan hewan. Saat disatukan dengan jumlah hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, fosfor dan unsur lain dalam beragam ukuran, kemungkinan struktur senyawa karbon menjadi tak terbatas, dan jumlahnya jauh melebihi total semua senyawa nonorganik. Fokus utama kimia organik adalah mengisolasi, memurnikan dan mempelajari struktur zat alamiah ini. Banyak hasil alamiah merupakan molekul sederhana. Misalnya asam format (HCO2H) semut, etil alkohol (C2H5OH) pada buah yang difermentasi, dan asam oksalik (C2H2O4) pada daun rhubarb. Produk alamiah lainnya, seperti penisilin, vitamin vitamin B12, protein dan asam nukleat, luar biasa kompleksnya. Isolasi produk alamiah murni dari organisme asalnya dibuat sulit oleh konsentrasinya yang rendah. Saat mereka berhasil di isolasi dalam bentuk murni, teknik instrumental modern dapat mengungkapkan detail strukturnya untuk jumlah bahkan sekecil satu persejuta gram. Korelasi sifat fisika dan kimia senyawa dengan tampilan strukturnya adalah bidang kimia organik fisik. Saat sifat satuan struktur tertentu yang disebut grup fungsional ini diketahui, menjadi mungkin untuk merancang molekul baru yang dapat menghasilkan sifat yang diinginkan. Penyiapan, dalam kondisi laboratorium terkendali, dari senyawa tertentu ini dipelajari oleh kimia sintesis. Beberapa produk lebih mudah di sintesis daripada mengumpulkan dan memurnikannya dari sumber alaminya. Ber ton-ton vitamin C misalnya, setiap tahunnya di sintesis. Banyak zat sintesis memiliki sifat baru yang membuatnya sangat bermanfaat. Plastik adalah contoh utama, begitu juga banyak jenis obat dan kimiawi pertanian. Tantangan berkelanjutan yang dihadapi ahli kimia sintesis adalah kerumitan struktur dari sebagian besar zat organik. Untuk mensintesis zat yang diinginkan, atom harus diatur sesuai urutan yang tepat dalam hubungan tiga dimensi yang sesuai. Sama halnya dengan setumpuk kayu dan bata dapat disusun dalam begitu banyak cara, begitu juga atom dapat disusun dalam beraneka cara. Hanya susunan tertentu saja dari sekian banyak kemungkinan ini yang akan identik dengan molekul alami. Antibiotika erythromycin, misalnya, memuat 37 atom karbon, 67 atom hidrogen dan 13 atom oksigen, bersama satu atom nitrogen. Bahkan saat disatukan dalam urutan yang tepat, ke 118 atom ini masih memiliki 262.144 kemungkinan struktur berbeda, dan hanya satu darinya yang memiliki sifat seperti erythromycin alami. Kelimpahan besar senyawa organik, peran pentingnya dalam kimia kehidupan, dan keanekaragaman strukturnya membuat bidang kimia organik menantang dan menggairahkan. Kimia organik merupakan cabang kimia yang terbesar dari semua cabang kimia yang ada.(Soetopo,1969)

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
            Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk membedakan antara senyawa organik polar dan senyawa organik nonpolar.
1.2.2 Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu:
1.      Mengetahui kelarutan senyawa organik.
2.      Mengetahui reaksi senyawa organik.
1.2.3 Prinsip Percobaan
            Adapun prinsip percobaan yang digunakan, yaitu membandingkan kelarutan senyawa organik (n-Heksana, Kloroform, Etanol, Etilasetat) didalam air dan dietileter, serta mengetahui reaksi oksidasi dengan KMnO4, Aseton, I2, dan Fehling (A+B).
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia. Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik.(Mulyono,2007)
v  Jenis-Jenis Reaksi Senyawa Organik
Suatu reaksi terjadi karena satu molekul atau lebih memiliki energi yang cukup (energi aktivasi) untuk memutuskan Ikatan .
Ada 2 hal yang diperhatikan pada suatu reaksi :
         Apa yang terjadi pada gugus fungsional
         Sifat pereaksi yang menyerang
 1.Reaksi Substitusi
-          Substitusi Nukleofil : reaksi penggantian suatu gugus dengan gugus lain, dimana gugus pengganti merupakan pereaksi nukleofil.
                        Contoh :   RX  +   H2O → R-OH   +   HX   
                                                X : unsur halogen.  
-          Substitusi elektrofil : gugus pengganti merupakan pereaksi elektrofil.
                        Contoh :   H Ar  +   E+ - Y-                  E Ar  +  HY       
-          Substitusi radikal bebas gugus pengganti berupa pereaksi radikal bebas.
Contoh :  R-H   +   Cl.          RCl   +   H.
2.Reaksi Oksidasi
a. Oksidasi Pada Alkana
- Sulit dioksidasi dengan oksidator lemah/agak kuat,seperti : KMnO4
- Mudah diokdidasi oleh oksigen dari udara jika dibakar keluar panas
b. Oksidasi Pada Alkena
Hasil oksidasi : Keton dan asam karboksilat 
c. Oksidasi Pada Alkohol
            - Alkohol primer  → aldehid
- Alkohol sekunder  → keton

Molekul Polar dan Molekul Nonpolar

Molekul yang berikatan secara kovalen nonpolar seperti H2, Cl2 dan N2 sudah tentu bersifat nonpolar. Akan tetapi molekul dengan ikatan  kovalen  polar  dapat  bersifat  polar  dan  nonpolar  yang bergantung pada bentuk geometri molekulnya. Molekul dapat bersifat nonpolar apabila molekul tersebut simetris walaupun ikatan yang digunakan adalah ikatan kovalen polar. Kepolaran suatu molekul dapat diduga dengan menggambarkan ikatan menggunakan suatu vektor dengan arah anak panah dari atom yang bermuatan positif menuju ke arah atom yang bermuatan negatif. Molekul dikatakan bersifat nonpolar apabila resultan vektor sama dengan nol. Sedangkan molekul bersifat polar apabila hal yang sebaliknya terjadi, resultan tidak sama dengan nol. gugus  non-polar  seperti  etil,  metil  dan senyawa aromatik yang bersifat hidrofobik, gugus ini memiliki kecenderungan  untuk  bergabung  (berasosiasi)  satu dengan yang  lainnya dan akan bersifat menolak  air. gugus  yang  bersifat  hidrofilik  seperti karboksilat dan   hidroksil bersifat polar  dan dapat berasosiasi dan berinteraksi dengan air melalui  ikatan hidrogen.(Lestari,2006)
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti hidrokarbon berbeda dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemah karena pelarut non polar tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu, zat terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar. Tetapi senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipol induksi. Molekul zat terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der waals – London lemah. Maka, minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut non polar.(Hikam,2005)
v  Sifat dari Pereaksi/Bahan yang digunakan:
1.      Heksana
sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
2.      Kloroform
nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.
 3.      Etil asetat
adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
4.      Etanol
 disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
5. Fehling
• Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida.
• Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
Uji Fehling :
• Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat reduksi.
• Uji positif ditandai dengan warna merah bata
 6.        Aseton
juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.(Mulyono,2007)



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar